1. Preity Pippodora Sweetieinzhagi
http://www.facebook.com/preity.dorasweetie
adalah Pendiri PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
2. Mohammad Isa Qadar
http://www.facebook.com/pecinta.milan1
adalah Pendiri PLAF Milan @ Blogspot
3. Ceria Tia
http://www.facebook.com/ceria.tia
admin di PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
4. Zoe Leeana Milanisti
http://www.facebook.com/zoe.milanisti?ref=ts
admin di PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
5. Kongja Milan
http://www.facebook.com/profile.php?id=100002458125679
admin di PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
6. Akbar Milano
http://www.facebook.com/akbar.milano
admin di PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
7. Berry Maldini
http://www.facebook.com/berryarlan
admin di PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
8. St Mardhiah Johan
http://www.facebook.com/mardhiyyah.v.auzozo
admin di PLAF 1899 (III+) Group @ Facebook
9. Arie Carvaz
http://www.facebook.com/arie.carvaz
admin di PLAF 1899 Group @ Facebook
Plaf 1899
Rabu, 05 Oktober 2011
Selasa, 04 Oktober 2011
Minggu, 02 Oktober 2011
Sejarah Stadion San Siro
SEBUAH STADION YANG MENGHIDUPKAN SATU KOTA DAN DUA TIM YANG BERBEDA
Sebuah hadiah dari Pirelli
Stadion San Siro (dinamai berdasarkan seorang Santo yang mendapatkan sebuah kapel di pinggir kota ini) merupakan hadiah dari presiden Milan Piero Pirelli (menjabat dari 1909 selama 20 tahun) buat 'Milan-nya’. Stadion ini dibangun dalam waktu hanya 13 dan setengah bulan berkat kerja keras 120 pekerja bangunan.
Total biaya pembangunannya mencapai 5 juta lira yang nilainya saat ini sama dengan 4,5 juta euro. Stadion ini didesain oleh Ulisse Stacchini, arsitek yang punya karya besar seperti Stasiun Pusat Milan, dan insinyur terkenal, Alberto Cugini.
Total biaya pembangunannya mencapai 5 juta lira yang nilainya saat ini sama dengan 4,5 juta euro. Stadion ini didesain oleh Ulisse Stacchini, arsitek yang punya karya besar seperti Stasiun Pusat Milan, dan insinyur terkenal, Alberto Cugini.
Peresmian
San Siro didesain berdasarkan stadion model Inggris, hanya untuk sepakbola dengan empat tribun yang berkapasitas 35.000 penonton. Stadion itu dibuka pada 19 September 1926, saat Inter mengalahkan Milan 6-3. Pertandingan liga pertama di stadion ini dimainkan pada 19 September 1926 saat Milan kalah 1-2 dari Sampierdarenese sementara laga internasional pertama dimainkan pada 20 Februari 1927 di mana Italia imbang 2-2 dengan Cekoslowakia. Hingga akhir tahun 1945, San Siro hanya menjadi properti eksklusif Milan sementara Inter memainkan laga kandang mereka di Arena di pusat kota. Sejak saat itu “Teater Sepakbola” ini telah mengalami banyak renovasi hingga terciptanya monumen sepakbola seperti sekarang.
Perluasan pertama
Milan menjual stadion ini ke dewan kota pada 1935 dan tiga tahun kemudian dibuat keputusan untuk memperluas tribun. Sepakbola semakin menjadi fenomena masal sehingga San Siro harus diperluas untuk memenuhi tuntutan itu. Arsitek Rocca dan Insinyur Calzolari diberi tugas itu dan mereka memanfaatkan struktur yang sudah ada yang mendukung interiornya untuk membangun lereng eksternal untuk memudahkan akses ke stadion. Pada 1952, kapasitasnya ditargetkan 150.000 penonton, tapi setelah diskusi dengan dewan kota jumlah itu ditolak. Setelah menghabiskan 5,1 juta lira untuk memodernisasi stadion, peresmian dilakukan pada 13 Mei 1939 saat Italia imbang 2-2 dengan Inggris. Jumlah pemasukan dari penjualan tiket untuk laga itu mencapai 1,2 juta lira.
Pengembangan kedua
Pekerjaan untuk perluasan kedua stadion tersebut dimulai pada 1954 dan 12 bulan kemudian, pada 26 Oktober 1955, stadion itu dibuka dengan kapasitas 85.000 penonton. Set lampu sorot pertama dipasang pada 1957 dan yang diikuti pemasang papan skor elektronik pada 1967. Lampu-lampu sorot itu dimodernisasi pada 1979 saat level kedua dibangun. Stadion utu kemudian secara resmi diganti namanya sebagai penghormatan terhadap Giuseppe Meazza, pemain Inter dan Milan yang terkenal pada 1930 dan 1940-an, pada 3 Maret 1980. Pada 1986, level pertama menjadi sektor tempat duduk bernomor dan berwarna. Tribun utama berubah menjadi merah, tribun di sekitarnya dan menghadap ke sana diwarnai jingga, tribun utara di belakang gawang diwarnai hijau dan tribun selatan tempat para fans Milan berkumpul diberi warna biru.
Ring Ketiga
Menyambut Piala Dunia 1990 Kotapraja Milan memutuskan untuk memugar stadion “Meazza” setelah mereka menolak usulan untuk membangun stadion baru dengan alasan biaya tinggi dan waktu terbatas. Usulan pertama adalah mendesain proyek futuristik dan menakjubkan: pembangunan ring ketiga dan atap untuk menaungi semua penonton. Proyek yang didesain oleh Arsitek Giancarlo Ragazzi, Arsitek Enrico Hoffer dan Insinyur Leo Finzi, ini adalah pembangunan ring ketiga di tribun yang bertumpu pada tiang independen yang didesain disekitar bangunan stadion. Struktur ring kewtiga yang baru ini bertumpu pada 11 menara silinder yang dibuat dari beton. Menara-menara ini juga menyediakan akses ke tribun dan berbagai layanan dan berdiri terpisah dari bangunan yang sudah ada. Empat dari menara ini juga menopang balok-balok atap. Untuk memberikan kenyamanan maksimal, semua tempat duduk baru bersifat ergonomis, diberi nomor dan diwarnai dengan empat warna berbeda untuk menunjukkan empat sektor utama di stadion. Ke-85.700 penonton dinaungi oleh atap melengkung yang terbuuat dari polikarbon. Setelah itu dipasang sebuah sistem drainase baru dan pemanas dan sebuah sistem lampu sorot. Pada 8 Juni 1990 stadion itu menggelar upacara pembukaan Piala Dunia dengan pertandingan perdana Argentina lawan Kamerun. Sejak itu “Scala del Calcio” menjadi ajang gairah jutaan fans. Pada musim panas 2008, untuk memenuhi standar baru UEFA, kapasitas stadion telah menjadi 80.018 penonton.
Figur
Untuk merampungkan bangunan ini dibutuhkan 10.000 kwintal semen, 3500 meter kubik pasir dan 1500 kwintal besi. Untuk menandai lapangan dibutuhkan 80kg kapur untuk menggarisi dimensi dengan panjang 105 meter dan lebar 68 meter. Balok-balok pembatas berjumlah 204 masing-masing dengan panjang 296 meter dan berat 1100 dan 2000 ton. Atapnya dilengkapi dengan 256 lampu sorot yang memancarkan sinar 3500 watt. Untuk membangun konstruksi utama dipasang dua mesin derek setinggi 64 meter. Di dalam stadion terdapat sejumlah pintu keluar darurat dan sebuah elevator servis dengan kapasitas berat 1000 kg. Stadion San Siro terletak di seberang lintasan balap kota dan 6 kilometer dari pusat kota Milan.
Tak hanya sepakbola
Stadion San Siro adalah simbol kota Milan (seperti Scala dan Duomo) dan bangunan ini terkenal tak hanya untuk sepakbola, tapi juga event-event besar lainnya yang mengukir sejarah. Contohnya pertandingan tinju antara Duilio Loi dan Carlo Ortis (1 September 1960), duel ulangan dari perebutan gelar juara dunia kelas welter junior. Ada 53.043 orang saat itu, 8 ribu di antaranya berada di dekat ring tinju. Pertarungan itu dimenangi oleh petinju Italia, Loi dan menghasilkan 130 juta lira. Stadion itu juga juga pernah digunakan untuk menggelar konser musik. Bob Marley (27 Juni 1980) menampilkan aksinya di Tribun Utara. Ada 90 ribu orang yang datang menyaksikan pemusik jamaika itu. Pemandangan serupa saat pertunjukkan Bruce Springsteen (1985). Tribun Merah pernah digunakan untuk menggelar event disko terbuka. Kini, di bawah Tribun Selatan, ada sebuah museum yang menampilkan semua sejarah A.C. Milan dan Inter F.C. lewat memorabilia dari orang-orang yang membuat sejarah itu. Stadion itu dikunjungi oleh 50 ribu orang saat tak ada pertandingan. Sejak 1 Juli 2000 San Siro diurus bersama oleh A.C. Milan dan Inter F.C.
Perjalanan AC Milan di Liga Italia
Pada awal pendirian klub tersebut, Edwards berperan sebagai presiden klub, sementara Kilpin menjadi kapten tim merangkap sebagai pelatih. Sebelum melanglang buana ke Italia dan mendirikan Ac Milan, Kilpin terlebih dahulu malang melintang di klub Inggris seperti di Notingham Forest serta beberapa klub lainnya. Kilpin lahir 14 Januari 1870 di kota Notingham.
Gelar pertama Ac Milan diperoleh 2 tahun setelah tim ini berdiri dengan mengalahkan klub Genoa CFC. Gelar pembuka ini segera diikuti dengan 2 gelar lagi yakni di tahun 1906 dan 1907. Pada saat memenangi gelar tersebut tim utama AC Milan didominasi oleh para pemain asal Inggris.
Buntut dari dominasi Pemain asal Inggris tersebut menyebabkan perpecahan di kubu Ac Milan. Pada tahun 1908 para pemain asli Italia dan Swiss yang merasa terpinggirkan, keluar dan mendirikan klub lain di kota Milan yang sekarang kita kenal dengan nama Internazionale Milan.
Perpecahan ini menyebabkan Milan puasa gelar selama 43 tahun. Selama masa itu, kekuatan Milan seakan tenggelam oleh dominasi tim-tim lain mulai dari Genoa, saudara mudanya Inter Milan dan juga 2 tim kota Turin Juventus dan Torino yang begitu mendominasi Italia sebelum tahun 1950. Milan kembali mengecap manisnya gelar domestik di tahun 1950-1951 melalui trio maut asal Swedia Gunnar Green, Gunnar Nordhal dan Niels Liedholm yang dikenal dengan nama Grenoli.
Pada dekade 50-an, selain ketiga pemain Swedia tersebut Ac Milan juga dihuni oleh barisan pemain hebat lainnya seperti Lorenzo Buffon, Carlo Annovazzi, generasi pertama Maldini di Milan Cessare Maldini serta beberapa pemain hebat lainnya. Pada massa ini Milan mampu menciptakan rekor kemenangan terbesar saat mengalahkan rival abadinya Juventus dengan skor 7-1. Rekor ini tercipta pada tanggal 5 februari 1950 dengan Gunnar Nordhal menciptakan hattrick untuk Milan.
Pada tahun 1962 Ac Milan di bawah arahan arsitek Nerreo Rocco mengukir sejarah manis di pentas kejuaran antarklub Eropa dengan meraih gelar liga Champion ( Piala Champion-waktu itu ) pada tahun 1962. Gelar ini merupakan gelar pertama tim Italia di ranah benua biru. berselang 5 tahun kemudian Milan menjadi juara Piala Winners Eropa dengan menghancurkan wakil Jerman Hamburger SV 4-1 di final. Pada tahun berikutnya, 1968-1969 Milan kembali menjuarai liga Champion Eropa dengan mengandaskan wakil Belanda Ajax FC.
Pada dekade 70′an Milan kembali tenggelam oleh hegemoni wakil kota Turin Juventus dan juga rival sekotanya Inter Milan. Pada dekade ini Milan menjadi juara serie-A pada tahun 1978-1979 dimana kapten tim Gianni Rivera mundur setelah mengantar Milan meraih gelar kesepuluhnya. Pada musim 1979-1980 Milan didegradasi ke serie-B bersama Lazio karena terlibat skandal judi ” Totonero “. Pada musim 1981 Milan bermain kembali di Serie A setelah menjuarai serie B di tahun sebelumnya, Sayang karena kasus serupa Milan kembali terdegradasi ke serie-B lagi di tahun berikutnya.
Setelah kasus tersebut, tepatnya pada tahun 1986 Milan dibeli oleh Silvio Berlusconi. Tak hanya mengambil alih klub, Berlusconi segera membangun klub tersebut untuk mengembalikan masa kejayaan klub tersebut.
Berlusconi mengangkat Ariggo Sacchi yang waktu itu menangani AC Parma sebagai pelati Milan. Untuk membangun klubnya Berlusconi mengontrak trio Belanda Ruud Gullit-Frank Riijkard dan Marco Van Basten serta beberapa pemain lokal Italia yang bertalenta bagus seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancellotti dan Giovanni Galli untuk melengkapi skuad Milan yang sudah ada termasuk sang legenda yang waktu itu masih muda Franco Baressi.
Perjuangan Berlusconi membangun Milan langsung berbuah di musim 1987-1988. Milan sukses meraih kembali trophy serie-A. Keberhasilan ini juga melambungkan nama Arrigo Sacchi yang menjalani musim debutnya di serie A dengan torehan tinta emas. Selain itu musim tersebut juga melahirkan bintang baru di lini belakang Milan yakni Paolo maldini yang merupakan generasi kedua Maldini di Tim Milan setelah sanga ayah yang menjadi kapten Milan di dekade 60′an.
Kejayaan Milan berlanjut di ranah Eropa dengan menjuarai Piala Champion untuk ketiga kalinya dengan mengandaskan wakil Rumania Steau Bucharesti 4-0 di final 1988-1989. Gelar ini dipertahankan lagi ditahun 1989-1990 dengan mengalahkan wakil Portugal SL Benfica dengan skor 1-0. Musim ini juga ditandai dengan kepergian Arrigo Sacchi untuk menangani Gli Azzuri.
Sebagai suksesor Sacchi, Milan menunjuk seorang Fabio Capello sebagai pelatihnya. Capello yang saat bermain untuk rival mereka Juventus, mampu menjaga kejayaan Milan. Ditangannya Milan bahkan mencetak rekor 58 partai tak terkalahkan di kancah domestik. Selama kepemimpinannya Milan meraih 4 trophy scudetto dan satu gelar Piala Champion denga mengandaskan Barcelona dengan 4-0 di final musim 1993-1994.
Setelah periode itu Milan mengalami musim-musim puasa gelar. Gelar scudetto kembali singgah di kota Milan pada musim 1998-1999 saat Milan diarsiteki oleh Alberto Malessani.
Setelah itu baru Milan juara serie-A pada musim 2003-2004 saat dilatih oleh Carlo Ancellotti. Setahun sebelumnya Milan meraih gelar Juara Champion yang berubah format menjadi liga dengan mengandaskan wakil Italia lainnya Juventus melalui adu tendangan penalti.
Di bawah kepelatihan Ancelotti Milan menembus final lagi pada 2004-2005, namu kalah oleh Liverpool. Namun kekalahan itu dibalasnya di tahun 2006-2007 melaui dua gol Inzaghi.
Setelah keprgian Ancelotti ke Chelsea pada akhir musim 2008 yang disusul pensiunnya Maldini dan kepergian Milan ke Madrid, Milan mengalami periode negatif. Penampilan tim jadi labil dan sering kalah dari tim-tim medioker yang selama ini cukup susah mengalahkannya. Buntutnya Milan hampir saja tak lolos ke liga Champion.
Manajemen segera menunjuk Maximiliano Allegri untuk menahkodai Milan di musim 2010-201. Kebijakan itu diikuti dengan mendatangkan beberapa pemain yang bagus seperti Ibrahimovic-Robinho-Boateng serta beberapa pemain lainnya. Dengan pembenahan ini Milan menjuarai Liga Italia ke-18 nya.
Selama kiprahnya di kancah sepakbola Italia dan Dunia skuad Milan pernah dihuni beberapa pemain yang begitu melegenda mulai dari jamannya Giuseppe Meazza yang sempat berbaju Inter Milan, Trio Grenoli, Cessare Maldini, Gianni Riverra, Franco Baressi, Alesandro Costacurta, trio Belanda Gullit-Rijkard-Basten, Maldini hingga Kaka asal Brasil. Sementara di jajaran pelatih ada nama Herbert Kilpin, Nerro Rocco sampai masa Arrigo Sacchi, Capello dan Ancellotti.
Berikut gelar Milan di berbagai Kompetisi
Serie- A Italia : 1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68; 1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99; 2003-2004, 2010-2011
Coppa Italia : 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
Super Italia : 1988; 1992; 1993; 1994; 2004, 2011
Piala Winners Eropa : 1967–68; 1972–73
Liga Champion Eropa : 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
Piala Super Eropa : 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
Piala Interkontinental / Toyota : 1969; 1989; 1990; 2007
Piala Lainnya : 1951; 1956 ( Saat wakil Italia, Prancis, Spanyol dan Portugal, Kejuaraan sebagai cikal bakal Piala Champion )
Note : Diolah dari beberapa sumber berita dan blog lainnya
Sejarah The Dream Team AC Milan
Silvio Berlusconi ‘tak perlu berpikir panjang untuk membeli AC Milan pada 1986. Dia ambisius, dia memiliki banyak uang, dan dia gila sepak bola. Dia kemudian meretas jalan untuk mengantar Milan menuju tangga kesuksesan di seri A Liga Italia dan di Piala Champions Eropa. Jalan yang akhirnya melahirkan julukan The Dream Team bagi Milan.
Langkah awal, Berlusconi mencoba membangun skuad solid di tubuh Milan. Pelatih Arigo Sachi direkrut untuk meracik strategi tim; duo Belanda didatangkan: Marco Van Basten dari Ajax Amsterdam dan Ruud Gullit dari PSV Eindhoven. Duo Belanda tersebut kemudian dipadukan oleh Sachi dengan pemain-pemain lokal Italia: Giovani Galli, Franco Baresi, Mauro Tasotti, Alesandro Costacurta, Paolo Maldini, Angelo Colombo, Carlo Anceloti, Alberigo Evani, dan Roberto Donadoni.
Hasilnya, tanpa menunggu lama, Milan meraih gelar Seri A setahun berikutnya, yaitu pada musim 1987-1988. Milan meraih posisi puncak dengan meraih poin tertinggi 45, selisih tiga poin di atas peringkat dua, Napoli.
Kesuksesan berlanjut ke musim 1992-1993. Milan kembali memuncaki seri A dengan meraih poin 50, selisih empat poin di atas peringkat dua, Inter Milan. Namun sayang, kesuksesan tersebut tidak berlanjut ke Piala Champions setelah Milan dikalahkan Marseille 0-1 di partai final, partai yang juga membuat Van Basten mendapatkan cedera parah di bagian engkelnya yang kemudian membuatnya pensiun selamanya dari sepak bola. Di musim ini, Milan juga banyak merekrut pemain baru: Jean Piere Papin dari Marseile, Zvonimir Boban dari Bari, Dejan Savisevic dari Red Star Belgrade, Stefano Eranio dari Genoa, dan Gianluigi Lentini dari Torino.
Skuad inti The Dream Team II, pelatih: Fabio Capello; kiper: Sebastiano Rossi; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti/Cristian Panucci, Paolo Maldini; gelandang: Marcel Desaily, Demitrio Albertini, Zvonimir Boban, Roberto Donadoni/Stefano Eranio; penyerang: Danielle Massaro/Marco Simone, Dejan Savicevic.
Musim berikutnya, Milan memulai musim dengan menjuarai Piala Super Eropa dengan mengalahkan Sevilla 3-1. Kesuksesan berlanjut setelah Milan menjuarai Piala Toyota dengan mengalahkan Boca Juniors 4-2. Namun, gelar Piala Champions tidak mampu dipertahankan setelah Milan tertahan di Perdelapan Final oleh Arsenal dengan 0-2 agregat. Di Seri A, Milan juga tidak mampu menggeser dominasi Inter Milan. Musim ini menjadi akhir kejayaan The Dream Team III.
Prestasi: juara Seri A 2003-2004, juara Coppa Italia 2004, juara Liga Champions 2003 dan 2007 dan runner up 2005, juara Piala Super Eropa 2003 dan 2007, juara Piala Toyota 2008 dan runner up 2004.
Skuad The Dream Team III mampu membawa italia menjadi juara Piala Dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis melalui adu pinalti 5-4.
*****
Prestasi: Juara Liga Italia Seri A 2010-2011 dan juara Piala Super Italia 2011
Sumber: facebook AC Milan 1988-1994; acmilan.com; wikipedia.org; pelbagai blog yang membahas AC Milan
Musim berikutnya, 1988-1989, Milan tidak mampu mempertahankan gelar seri A-nya meskipun mendapat tambahan satu lagi pemain baru asal Belanda, Frank Rijkard, yang direkrut dari Real Zaragosa. Milan hanya mampu menduduki peringkat tiga dengan poin 46, selisih 12 poin di bawah sang juara, Inter Milan, yang diperkuat trio Jerman: Lothar Matheus, Juergen Klinsman, dan Andreas Brehme. Namun, di Piala Champions, Milan berhasil tampil maksimal sebagai juara dengan menghancurkan Steaua Bucharest yang diperkuat George Hagi, 4-0 tanpa balas. Gol dicetak oleh Gullit dan Van Basten, masing-masing dua gol.
Gelar Piala Champions kembali dipertahankan Milan di musim berikutnya, 1989-1990, setelah mengalahkan Benfica di partai final melalui gol tunggal Rijkard. Gelar Piala Super Eropa dan Piala Toyota juga berhasil diraih dengan mengalahkan Barcelona 2-1 agregat dan Atletico Nacional 1-0. Namun, di Seri A, Milan kembali gagal menjadi juara setelah hanya menduduki peringkat dua dengan poin 49, selisih dua poin di bawah sang juara, Napoli, yang diperkuat Diego Armando Maradona dan Ciro Ferrara.
Musim 1990-1991, Milan kembali gagal menjuarai seri A setelah lagi-lagi berada di peringkat dua dengan poin 46, selisih lima poin di bawah Sampdoria. Begitu juga dengan Piala Champions, Milan gagal mempertahankannya setelah kalah dari Marseile di perempat final dengan skor 1-4 agregat. Namun, Milan berhasil mempertahankan Piala Super Eropa dan Piala Toyota setelah mengalahkan Sampdoria 3-1 agregat dan Olimpia 3-0. Di musim ini juga, Milan menjual dua pemain emasnya, yaitu Angelo Colombo ke Bari dan kiper Giovani Galli ke Napoli. Untuk mengganti kiper, Milan merekrut Sebastiano Rossi dari Cessena. Musim ini menjadi akhir kejayaan bagi The Dream Team I.
Skuad Inti The Dream Team I, pelatih: Arigo Sachi; kiper: Giovani Galli; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti, Paolo Maldini; gelandang: Frank Rijkard, Angelo Colombo/Alberigo Evani, Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti; striker: Marco Van Basten, Ruud Gullit.
Prestasi: juara Seri A 1987-1988, Piala Super Italia 1988, Piala Champions 1989 dan 1990, Piala Super Eropa 1990 dan 1991, Piala Toyota 1990 dan 1991.
Skuad The Dream Team I mampu membawa Italia ke Semi Final Piala Dunia 1990 di Italia. Mereka terhenti setelah kalah adu penalti dari Argentina yang merupakan juara bertahan.
*****
Musim 1991-1992, Milan mengalami masa transisi. Pelatih Sachi keluar karena berseteru dengan Van Basten; posisinya kemudian digantikan oleh Fabio Capello. Di musim ini juga turut bergabung gelandang muda berbakat, Demitrio Albertini, yang direkrut dari Padova. Hasilnya luar biasa, Milan kembali menjuarai seri A dengan poin 56, selisih delapan poin di atas peringkat dua, Juventus, yang diperkuat oleh Roberto Baggio.
Musim selanjutnya, 1993-1994, Milan kembali berbenah menyusul hengkangnya duo Belanda: Gullit ke Sampdoria dan Rijkard ke Ajax Amsterdam, plus cedera parah yang diderita Van Basten dan pensiunnya Carlo Ancelotti, serta semakin tuanya umur beberapa pemain: Mauro Tasotti dan Roberto Donadoni. Pemain-pemain baru pun direkrut: Marcel Desaily dari Marseille, Brian Laudrup dari Fiorentina, Cristian Panucci dari Genoa, dan Florin Radocioui dari Brescia.
Hasilnya mantap, Milan meraih sukses ganda: menjuarai Seri A dan Piala Champions. Di Seri A, Milan memuncaki klasemen dengan poin 50, selisih tiga poin di atas peringkat dua, Juventus. Di Piala Champions, Milan menghancurkan Barcelona yang diperkuat Romario dan Ronald Koeman, serta dilatih Johan Cruyf, 4-0 tanpa balas. Dua gol dicetak Massaro, dua gol lainnya dicetak oleh Savicevic dan Desaily. Di musim ini, Milan juga tampil di Piala Toyota menggantikan Marseille yang dihukum karena kasus suap, namun Milan kalah dari Sao Paolo 2-3.
Musim 1994-1995, Milan gagal mempertahankan kesuksesannya. Gelar seri A direbut Juventus yang diperkuat Fabrizio Ravanelli, Gianluca Vialli, Didier Deschamps, dan pemain muda Alesandro Del piero. Di Piala Champions, Milan dikalahkan Ajax Amsterdam di partai final 0-1 melalui gol tunggal Patrick Kluivert. Di Piala Toyota, Milan juga kalah 0-2 dari Vales Sarsfield yang diperkuat kiper tangguh Jose Luis Chilavert. Gelar Piala Super Eropa menjadi gelar satu-satunya setelah Milan mengalahkan Arsenal 4-1 agregat. Musim ini menjadi akhir kejayaan dari The Dream Team II.
Prestasi: Juara Seri A 1991-1992, 1992-1993, dan 1993-1994; juara Piala Italia 1992, 1993, dan 1994; juara Piala Champions 1994; Runner Up Piala Champions 1993 dan 1995; juara Piala Super Eropa 1995; Runner Up Piala Toyota 1994 dan 1995.
Skuad The Dream Team II mampu mengantarkan Italia ke final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Sayang mereka kalah -lagi-lagi lewat adu penalti- dari Brazil yang diperkuat Romario dan Bebeto.
*****
Selama 1995 hingga 2001, Milan membeli beberapa pemain bintang untuk memperkuat skuad. Ada yang berhasil; Ada yang gagal. Mereka yang berhasil di antaranya Roberto Baggio dan George Weah yang berhasil membawa Milan juara Seri A musim 1995-1996; Oliver Bierhoff yang berhasil membawa Milan juara Seri A musim 1998-1999, dan Andriy Shevchenko yang berhasil menciptakan 26 gol dan menjadi top skor Seri A, namun keberadaan mereka belum berhasil menciptakan The Dream Team baru.
Musim 2001-2002, Milan kembali berbenah. Pemain-pemain baru berkualitas didatangkan: Gennaro Gattuso dari Salernitana dan Rui Costa dari Fiorentina. Namun, musim ini, Milan tetap tidak mampu menggeser dominasi Juventus.
Musim berikutnya, 2002-2003, pemain-pemain baru kembali didatangkan: Clarence Seedorf dan Andrea Pirlo dari Inter Milan, Filippo Inzhagi dari Juventus, Serginho dari Cruzeiro Brazil, Fernando Redondo dari Real Madrid, dan Rivaldo dari Barcelona. Pelatih baru juga direkrut untuk mengolah strategi tim, yaitu Carlo Ancelotti, mantan pemain Milan era The Dream Team I.
Hasilnya, Milan berhasil merebut juara Coppa Italia dengan mengalahkan AS Roma 6-3 agregat dan merebut Piala Champions dengan mengalahkan Juventus lewat drama adu pinalti 3-2 (0-0).
Musim 2003-2004, Milan mendatangkan pemain muda asal Sao Paolo Brazil, Ricardo Kaka. Hasilnya, Milan menjuarai Seri A dan menggeser dominasi Juventus. Milan memuncaki klasemen dengan poin 72, selisih 6 poin di bawah peringkat dua, AS Roma. Milan juga meraih gelar Piala Super Eropa dengan mengalahkan FC Porto 1-0. Namun sayang, Milan gagal meraih Piala Toyota setelah dikalahkan Boca Juniors lewat adu pinalti. Begitu pula di Piala Champions, geliat Milan hanya sampai perempat final setelah dikalahkan Deportivo La Coruna, 4-5 agregat.
Musim 2004-2005, Milan mendatangkan Hernan Crespo dari Chelsea. Namun, Milan tetap gagal berprestasi di seri A. Di Piala Champions, Milan sebenarnya berpeluang besar menjadi juara, namun akhirnya gagal secara dramatis setelah dikalahkan Liverpoll lewat adu pinalti 3-1, padahal di babak normal, Milan sudah unggul terlebih dahulu 3-0, namun dapat disamakan 3-3.
Musim 2005-2006, formasi Milan tidak banyak berubah, hanya tambahan pemain muda Alberto Gilardino di sektor depan. Hasilnya juga tidak jauh beda, Milan gagal menjuarai Seri A dan di Piala Champions, prestasi Milan terhenti di semi final setelah dikalahkan Barcelona 1-0 agregat. Namun, di musim ini, pemain-pemain Milan memberikan kontribusi bagi Italia untuk meraih gelar Piala Dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis lewat adu pinalti 5-4. Di musim ini juga, Milan menjual bintangnya Andriy Shevchenko ke Chelsea.
Musim 2006-2007, Milan memulai Seri A dengan poin minus delapan setelah terlibat kasus Calciopoli. Hasilnya, di akhir musim, Milan ‘tak mampu menjuarai seri A. Di Liga Champions, Milan memulai dari babak kualifikasi II, tapi Milan mampu menjuarai ajang ini setelah menghempaskan para wakil Inggris, Manchester United di Semi Final dengan 5-3 agregat dan Liverpoll di partai final dengan 2-1, sekaligus sebagai partai balas dendam atas kekalahan menyakitkan di final Piala Champions 2005.
Skuad The Dream Team III, kiper: Nelson Dida, cristian Abiatti; bek: Paolo Maldini, Alesandro Nesta, Kakaber Kaladze/Marek Jankulovski, Serginho/Massimo Oddo; gelandang: Andrea Pirlo/Fernando Redondo, Gennaro Gattuso/Massimo Ambrossini, Rui Costa/Ricardo Kaka, Clarence Seedorf/Rivaldo; striker: Filipho Inzaghi/Alberto Gilardino, Andriy Shevchenko.
Skuad The Dream Team III mampu membawa italia menjadi juara Piala Dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis melalui adu pinalti 5-4.
Kini, Milan kembali ingin membangun The Dream Team baru. Bermaterikan pemain-pemain muda dipadukan dengan pemain-pemain berkualitas dan berpengalaman. Berikut skuadnya:
Pelatih: Massimiliano Algeri; kiper: Cristian Abiatti, Marco Amelia; bek: Alesandro Nesta, Roberto Legrotaglue, Tiago Silva, Mark Yepes, Marco Antonini, Gianluca Zambrotta, Ignazio Abate, Massimo Oddo; gelandang: Andrea Pirlo, Mark Van Bommel, Massimo Ambrossini, Kevin Prince Boateng, Gennaro Gattuso, Matheo Flamini, Clarence Seedorf, Alexander Merkel; striker: Alexander Pato, Robinho, Zlatan Ibrahimovic, Antonio Cassano, Filippo Inzhagi.Prestasi: Juara Liga Italia Seri A 2010-2011 dan juara Piala Super Italia 2011
Sumber: facebook AC Milan 1988-1994; acmilan.com; wikipedia.org; pelbagai blog yang membahas AC Milan
Langganan:
Postingan (Atom)